Kutukan untuk Sang Penjiplak
Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, meski ia memiliki saudara kembar sekalipun, mereka akan memiliki isi fikiran dan pengolahan informasi yang berbeda dan dengan cara mengekspresikan yang berbeda walau dengan ciri fisik dan hobi yang sama. Katanya, kita ini banyak dipengaruhi oleh lingkungan kita baik keluarga, teman, guru, orang lain, bahkan -musuh. Oleh karena itu, dalam bentuk konsep atau ide mentahnya banyak dari kita itu sama. Kau mengulik terumbu karang, akupun mengulik terumbu karang. Tapi bagaimana kalau kalian menemukan seseorang yang merampok kalimat kalian bahkan slogan tanpa mengkonfirmasi, tanpa nyuwun sewu atau tanpa mencantumkan nama kita alias menjiplak?
Well, sekali lagi kita dipengaruhi segala macam dari lingkungan, tetapi bukan berarti penempatan noun dan verb sama, imbuhan sama, pola kalimat sama, pemilihan kata sama, peletakan kalimat sama, setiap kata sama, semua sama, seolah-olah kita membuat dua patung yang sama, memfoto-copy lembaran soal quis yang sama sebanyak 39 eksemplar sesuai dengan jumlah mahasiswa.
Ketika kita disuruh mengetakan saya pergi kepasar maka opsinya:
- Saya pergi kepasar saat mentari mencapai langit
- Bencana datang di Palu ketika pasar adalah tujuan saya untuk pergi
- Kepergian saya ke pasar baru saja terjadi
- Dan kukatakan padamu bahwa saya pergi ke pasar
- Pasar dimana saya akan pergi dengan kepastian
- Saya pergi ke pasar
- Ke pasar saya akan pergi
- Pergilah saya ke pasar
Begitu banyak opsi dan orang itu memilih untuk sama, betapa -betapa konyolnya. betapa konyolnya orang-orang yang disebut plagiat. Betapa konyolnya ia ketika banyak orang mencari jati diri, ingin antimainstream, ingin menjadi unik hingga ke cara yang ekstrim, ingin berbeda, dan menujukan; Ini loh saya, ini loh saya seorang -plagiat. Itu ide yang bagus, betapapun itu juga merupakan suatu identitas hahaha... bahkan seorang kriminal dan yang terburuk juga merupakan identitas.
Namun, jika penjiplakan itu terjadi pada saya.. hmm...
Tidak, saya tidak akan mengutuknya dengan menyumpahi ibunya meninggal, atau ia akan menghadapi kematian dengan ketakutan sedemikian rupa seperti terjebak dalam keadaan sekarat dan hanya memandang pada malaikat maut. Menyadari bahwa ia akan mati, namun hingga sekian lama ia tidak juga mati. Melainkan sekedar megap-megap, memandang teror.
Saya juga tidak akan mengata-ngatainya dengan kalimat 'Muka lu kaya beruk, banyak tingkah', atau mempersoalkan secara terus-menerus dan memulai debat dengan ia secara tidak berguna, atau mempostingnya dan membuat ia menjadi parasit pengiklanan.
Saya tidak akan melaporkan penyalahgunaan, atau lebih parah membalasnya dengan menjiplak seluruh tulisannya dan memposting disini biar kita sama-sama saling menjiplak hahaha... itu ide paling konyol dan bagus sebenarnya. Tapi, saya lebih suka menulis ini, dan menutup segala aksesnya untuk meminta maaf. Tanpa pemberitahuan, tanpa protes terlebih dahulu bahwa saya sakit hati.
Namun seperti setan yang menggoda manusia untuk masuk kedalam neraka, saya juga mengumpulkan korban yang bisa saya seret keneraka dan menjadikan mereka jaminan saya diakhir nanti. Saya akan mengutuknya tepat dihadapan Allah, bukan sekarang, bukan ketika para manusia masih banyak yang meragukan Allah. Bahkan walau ia seorang ateis atau komunis sekalipun, ketidakpercayaan mereka tidak akan menyurutkan ambisi saya hahaha....
Ketika suara kalbu berkata 'Bahkan Tuhan memaafkan hambaNya' suara kelaknatan lain berkata bak seseorang yang alim ' Saya bukan Tuhan, dan Saya tidak akan men-Tuhankan diri saya. Karena nanti seperti dajjal yang men-Tuhankan dirinya. kafir dong, bahaya banget, ogah-ogah.' lagipula, selama tersangka tidak berniat menyelesaikan, dan saya juga tidak berniat untuk menyelesaikan bahkan berharap ini tidak selesai begitu saja. Maka semua ini tidak akan pernah selesai. as I have planned hahaha....
Well,