Tuesday Zero Point
Jika seseorang menyuruhmu untuk berkaca pada masalalu, memandang sejenak kebelakang pada kilas balik yang berseliweran tak beraturan dan bertanya apa yang sudah kau pelajari, hikmah apa yang sudah kau petik dari setiap pengalaman dan waktu yang berlalu; Maka aku akan berkata,
Semua semakin membingungkan. I'm overwhelmed.
Banyak, bahkan hampir setiap orang menganggapku unik; seseorang yang misterius, yang aneh tingkahnya, tidak mudah ditebak, introvert + ekstrovert = weird person. Kadang itu menjadi positif, kadang itu menjadi negatif. Terkadang kau takkan mendapatkan kepuasan dari responku, tapi terkadang kau menganggapnya sesuatu yang refreshing. Aku sendiri pribadi setuju dan suka dengan lebel itu, tapi terkadang aku tidak setuju ketika ketenganku terusik. Aku bahkan untuk diriku sendiri masih menjadi misteri. Aku adalah sesuatu yang samasekali belum bisa ku pecahkan.
Aku bahkan suka kagok sendiri dengan perubahan pikiranku yang amat derastis, yang bisa melompat setiap detiknya dengan rentang kontrasi yang teramat jauh. Aku bisa jadi seseorang yang amat sangat depresi hingga memikirkan suicide tiap detiknya, tapi aku sendiri terkejut ketika menyadari betapa aku 'mungkin' adalah orang yang paling merasa berkecukupan di dunia ini apapun keadaanya. Orang-orang disekitarku sering berkata bahwa aku orang yang mudah tersenyum dan santai bahkan disaat yang paling susah. And I admit it, aku tidak merasakan apapun mangkanya mudah sekali tersenyum, mudah sekali mengabaikan segalanya, mudah sekali kau merasa tidak perlu bertele-tele mendambakan apa yang tidak pernah kau punya.
Tapi aku yakin aku punya perasaan iri, aku punya rasa damba, aku punya mimpi, keinginan. Yang kuinginkan dalam satu detik dan detik berikutnya aku tidak peduli. Seperti semua rasa iri dan keinginan itu tidak pernah ada sebelumnya. I just feel empty.
People change, but I don't. Berarti aku tidak pernah properly mempelajari masa lalu, tidak bisa mengambil hikmah, tak ada perubahan. Setiap orang melangkah dan aku hanya diam memperhatikan. Herannya, aku merasa nyaman.
Aku nyaman menjadi diriku yang teramat rumit ini. Haruskah aku keluar dari zona nyaman? untuk apa? untuk hidup dalam kebisingan? padahal, zona nyamanku sendiri sudah amat bising.