Semua Atas Dasar Kemanusian

Hai, Good night folks!


Ada perasaan terharu, senang, dan sedikit excited karena aku ingin mengoceh kembali. Kau tahu? Kenapa aku tetibaan ingin mengoceh kembali? Karena aku barusan melihat kembali tulisan-tulisan lamaku di wattpad atau bahkan disini. Bagaimana masa lalu benar-benar adalah sebuah proses yang terlupakan. Oh kau harus mengerti! betapa kegamangan merasukiku kini. Seandainya kegamangan itu memberikanku keberanian untuk menjadi lebih obesesif. Hal yang selama ini selalu kuhindari, memeluk prilaku obesif itu sendiri.

Tapi kau tak akan pernah tau masa depan bukan? Karena hasil dari pengamatanku. Bagaiman pada akhirnya aku berkata 'ya' untuk semua 'tidak' yang senantiasa kuhindari dan kurisaukan. Dari menjadi paling suka menjaga hubungan. Oh folks, kau tak pernah tau akulah si pemutus hubungan itu sendiri!

Dari aku yang tak suka review buku karena aku ingin orang-orang menggemari kegiatan membaca tanpa beban. Tapi aku si reviewer dengan komentar-komentar tak berdasar itu sendiri! Folks betapa malunya aku atas konsistensi yang buruk. Deep down, aku selalu memuja konsistensi. Deep down, aku berusaha keras. Tapi perkembangan dan perubahan adalah bentuk kasar dari inkonsistensi. Siapa yang mampu merubahku?

Folksy! Itulah waktu. Jahat sekali dia! Dia memberikanku ketakutan akan kehilangan diri sendiri, jarak yang ia sajikan sampai aku tak mengenal diriku sendiri bahkan orang disekililingku! Pahamkah kau perasaan keterasingan itu? keterasingan bahkan didalam tubuhmu sendiri. Perubahan bentuk, moral, sikap, dan pola pikir. Aku takut aku berubah menjadi hal yang tidak aku suka. Aku senantiasa semakin berhati-hati dengan siapa aku bergaul, dengan siapa aku menyerap dan mencontek ideologi. Karena semakin kesini semua makin tersamarkan. Berbagai alasan membenarkan keburukan, dan kebaikan tidak dihiraukan.

Sejujurnya aku menyukai kesempurnaan, karena bukankah dari sana kita berasal? Tapi aku selalu terus menerus diberitahu bahwa ketidak sempurnaan adalah bahan dasar manusia. Menjadi manusia berarti siap untuk tidak sempurna. Oh Folks! tapi aku tidak suka orang yang tidak bersungguh-sungguh dan berlindung dibalik kata 'kemanusiaan'. Sesempurna itu mahkluk ciptaan tuhan, tetapi tentu masih sempurna tuhan kita. Tapi aku tidak suka kemanusiaan menyamarkan hal-hal buruk. Toleransi yang menyamarkan keterkecualian. Tapi pula aku hanyalah jalang pun pecundang kehidupan, tak pantas untuk ku untuk memprotes dunia yang memang sudah saatnya seperti ini. 

Dan yah! Hingga akhirnya hal yang aku takuti pun terjadi folks! Sang waktu pun menyeretku bersembunyi dibalik kemanusiaan. Lidahku kelu untuk berkata, aku sudah terlalu marah untuk sekedar membantah. I live with the flow, tapi arus itu terkadang membuatku paranoia. Dan caraku coping adalah sebisa mungkin bergelantung pada sisa-sisa pemahaman naif yang rapuh. Kini aku mengalir dalam ketidak sempurnaan yang kusadari adanya dan kumanfaatkan maknanya, menjadi bagian dari arus yang memang sudah pasti akan terjadi.



 

Kok banyak yang baca tulisan ini? Hmm... 🤔

Lihat-lihat boleh, follow apalagi! 😆