Untuk Merah Jambuku
Aku seperti halaman yang kau lewatkan, kau tutup buku itu karena kau memang tidak suka membaca. Tapi aku ingin kau membacaku, aku ingin kau berfikir. Aku ingin masuk kedalam sela-sela neuronmu, menjadi bagian dari dirimu. Menjadi satu hal, dan mengisi kepalamu dengan topik yang hanya tentangku. aku tak ingin bermerah jambu, aku benci warna itu. warna itu selalu membuatku takut, aku sudah mencicipi rasanya. Menggelisahkan. Dan tanpa kau duga pun aku akan mulai berlari menjauh.
Apa yang kau cari? Mengukur rasa sama bodohnya seperti mengukur kedalaman lautan. Mencekam. Namun, kau akan terpana melihatnya jika saja matamu sama seperti mahkluk-mahkluk yang mampu melihat dalam gelap. Dan akulah kegelapan itu. Berharap apa kau? Bukan aku keindahan yang kau cari, akulah tabir pandangan itu. Agar kau semakin tersesat dan terjebak dalam kegelapan bersamaku.
Dewasa, adalah dunia yang tak akan pernah memuaskan egomu. Itu adalah dunia dimana kesederhanaan menjadi hal yang mewah, ketenangan merupakan barang yang mahal, dan merah jambumu hanyalah ilusi semata. Kau akan hanyut, terjebak, menyadari, dan akhirnya pergi. Apa yang abadi? cintaku padamu? hahaha. Bahkan memori pun akan hilang, kita akan terlupakan. Beberapa orang berusaha abadi lewat karya. Tapi pernah kah kau berfikir sampai level mana? sampai akhirnya karyamu pun terlupakan, teronggok di sudut gudang, atau di pasang di museum yang orang bahkan hanya lewat semata?
Apa yang bisa aku genggam? bukan dirimu. Aku menggenggam hari ini. Hanya hari ini, dan perasaan ini. Cukup hanya untuk saat ini. Tapi bukan lima detik berikutnya, bukan pula lima detik sebelumnya. Suatu hari kau dan aku pun lupa dan dilupakan. Tidak sayang, bahkan bukan suatu hari, tapi lima detik berikutnya. Setelah kau selesai membaca titik ini.